Senin, 22 Oktober 2012
Sinar mentari mulai menerobos
melewati celah-celah jendela kamarku. Kubuka mataku. Kulihat jam doraemonku;
jam 8. Aku langsung terperanjat. Aku baru ingat, hari ini ada kuliah pagi. “Ah
sial! Telat nih. Oh God..”
Segera kupaksakan tubuhku
beranjak meninggalkan tempat tidurku. Aku segera menuju ke kamar mandi. Kupakai
kemeja biruku. Sambil menuruni tangga, aku mengenangakan jam tangan.
“Telat bangun lagi?” Kulihat Ibu
sudah siap memberiku roti, aku hanya meringis lalu ku kecup keningnya.
“Thanks, Mom aku berangkat dulu
ya!”
“Dasar anak muda! Hati-hati,
Nad.” Jawabnya.
Entah, pagi ini sangat kacau.
Begitupun pikiranku saat ini. Bayanganmu tak henti-hentinya menari-menari di
pikiranku. Aku berlari menyusuri koridor kelasku. Kulirik jam tanganku;
jam 09.15.
BRAK!
“Aduuh. Gimana sih! liat-liat
dong kalau jalan” Cerocos cewek di depanku.
“Eh sori, lagi buru-buru nih.
Kamu gapapa kan?” jawabku
“Gapapa gimana? Jadi kotor kan bajuku! Ih.” Bentaknya
“Hei hei ada apa nih? Pagi-pagi
kok udah ribut?. Nadia! Kamu terlambat masuk kelas saya?”
“Nggh eh nggh anu pak.."
“Apa lagi? Ayo cepat masuk sana!”
“Baik pak, maaf."
Aku segera berlari kecil menuju
kelas. Hhh sedikit lega akhirnya tidak berurusan panjang dengan cewek judes
itu. Tapi.. dia siapa ya? Kok tidak pernah lihat di kampus ini. Mahasiswi baru
kali ya. Ah bodoh amat deh!
***
Masih tersisa 5 menit lagi untuk
menanti bel pulang. Rasanya tak sabar lagi untuk merebahkan tubuhku ke kasur!
Bip bip.
Message from: Dea
Jangan pulang dulu. Aku tunggu di
DPR.
“Duh! Mau apa lagi sih ini anak?”
Teeett….
***
“He Ada apasih?”
“Gawat Nad.. Gawaaattt!!”
“Apanya?”
“Ikut gue sekarang juga”
“Eh eh ada apasih? Jangan main
paksa gini dong.”
“Udah deh, ntar lo juga tau”
***
“Ngapain ke Rumah Sakit, Dea
cantik? Siapa yang sakit?”
“Huss.. liat tuh”
Mataku mengikuti jari telunjuk si
Dea. Disana kutemukan sosok Bella dan Aldo! Hah? ALDO? Ngapain sama Bella? Dan
satu lagi cewek bertubuh tinggi yang tak asing bagiku… Kucoba mengingat-ingat siapa
cewek itu..
“Ah! Itukaaaan cewek yang tadi
pagi! Kok bisa sama Bella sih? Itu apanya Bella? Ngapain ada Aldo juga? Gue
harus turun!”
“Eeeeh tunggu Nad, kita di mobil
aja dulu”
“Lo kenal nggak sama cewek itu?”
“Mana? Sepupunya Aldo? Kak Saras?
Lo nggak pernah diceritain Aldo?”
“Oh jadi itu sepupunya Aldo?
pantes tadi dia ke kampus. Tapi kok lo tau?”
“Iya lah dia itu temennya kakak
gue sekaligus pacarnya kakaknya si Bella. Kayaknya kak Saras tadi nyari si
Bella di kampus”
“Oh gitu to.. Eh eh Bella ngapain
tuh gandengan tangan sama Aldo? Nggak bisa nggak bisa. Gue harus turun De!!”
Aku semakin mempercepat langkahku
ke arah mereka.
PLAK!!
“Jadi ini yang membuat kamu sibuk
akhir-akhir ini, Do? Bell, lo tega ya udah nusuk sahabat lo sendiri. Busuk lo
Bell. Ternyata bener selama ini gue udah curiga sama lo. Congrat deh buat
kalian!”
“Nad.. tunggu nad. Aku bisa
jelasin ini semua…” Kata Aldo mencoba menghentikan langkahku.
“Nggak ada yang perlu dijelasin!!
Ayo De kita pulang”
“Nad.. Tung.. tunggu uhuk uhuk..”
suara Aldo mulai memudar.
“Lo nggak apa Nad? Nad Aldo
pingsan Nad!!”
“Udah cepet anter gue pulang! Itu
sandiwaranya dia aja!! Gue udah muak!” bentakku.
***
Lengkap sudah penderitaanku ini.
Sudah kesekian kalinya aku menangis gara-gara Aldo.Aku benar-benar kecewa. Aku
telah memberikan tempat terbaik untuk Aldo, tapi begitu mudahnya dia
menghancurkannya. Bodoh!
Bip bip
Message from : Aldo ♥
“Nad, aku nggak ada apa-apa sama Bella Nad. Ini tadi hanya salah
paham.Hatiku tetap utuh mencintaimu, Nad. Maaf akhir-akhir ini aku memang sibuk.
Karena memang ada beberapa hal yang harus aku lakukan.”
“Kurasa kini Kita sudah berbeda, Do. Kita tidak ada kesatuan lagi.
Tidak seperti dulu lagi. Semoga kau bahagia :’)”
“Tidak Nad. Aku janji tidak akan mengulangi kesalahanku. Maafkan aku,
Nad. Beri aku 1 kesempatan lagi, aku masih ingin terus bersamamu..”
“Jika tak ada lagi cinta, maka jangan berjanji lagi tentang kita. Aku
telah memaafkanmu sejak dulu, bahkan sebelum kau minta maaf padaku. Jaga
sahabtaku, Bella baik-baik Do”
Kumatikan benda kecil ku itu; HP.
aku tak ingin terlarut terus oleh kesedihan ini. Aku sudah terlalu capek. Semua
berubah. Bukankah seharusnya senyum itu hanya milikku ? Bukankah harusnya kau
hanya mempelihatkan senyum itu padaku ? Kenapa sekarang semuanya berbeda?
Bersambung...