E-learning Vs Classroom

In my opinion e-learning is more fun, the traditional class basically use a text-only on the white board or set of topics. While there is nothing wrong with this approach, with e-learning style we can give and improve our materials by using visual menus to benefit the students. For one, we can create a set of slides and hyperlink an image to link to each slide. Those interactive activity will attract student and make them learn fun.
 It’s also effective than classroom learning because we can learn at our own speed. We can speed up or slow down at we wish. Such as some people need to take times to learn and catch-up their studies but some easily catch-up in studies. In other way, which is time to learn for every learner. Not everyone had time to go for class. There are some part-time student who are busy with their job and would like to continue their studies. Which is part-time student can get to learn no matter where they located. They can study anywhere, means that it can reduce travel time and travel costs for off-campus students. Students no longer have to move large distances to attend a college; they simply need an Internet connection and computer. It's cost effective and saves time.
It is environmentally better, too. Why? Because E-learning can also save trees by saving paper. Many e-learning courses are entirely self-contained, presenting all learning content online, or providing alternatives to paper-based forms of communication through such tools as email.

Well, we can conclude that e-learning bring many advantages for student to learn in a better way such as it’s more fun, more effective, reduce travel time and its costs, also make environment better.
Read more »

Senjaku Telah Pergi (PART II)

15 Agustus 2012
Hari ini ada pengarahan kegiatan Ospek di kampusku. Dengan cepat kulangkan kakiku menuju aula. Hh masih sepi! Hanya ada 3 orang disana.Tak ada yang ku kenal.Aku duduk di barisan bangku terdepan.Sambil menunggu, aku memasang headset untuk mengusir sepi di ruangan ini.
“Permisi…” ucap salah satu cowok disampingku.
“oh iya, silahkan” balasku sambil tersenyum.
Dia membalas tersenyum dan duduk tepat di sebelah kiriku.Ah! senyuman itu. Mata itu. Indah sekali. Diam-diam aku memperhatikannya. Tanpa sadar diapun menatapku. Dengan senyuman yang pertama kali ku lihat.Membuatku menjadi malu.Diam-diam jantung ini berdetak lebih kencang.Diam-diam ada getaran yang aneh dalam di dadaku.Hhh apakah itu?Membuatku sulit tuk bernafas.Mungkinkah ini yang namanya love at the first sight?Atau hanya perasaan kagum semata?Tapi apakah secepat ini?
Detik demi detik berlalu.Kita tetap diam. Tetap sibuk dalam pikiran masing-masing.Ingin ku mengenalmu.Ingin ku bertanya.Namun aku hanya bisa terdiam.
“Aldo” tangannya menjulur ke arahku.
“Oh nggh eh,Nadia” jawabku gugup.Segera kusambut juluran tanganmu itu.
Ada apa ini? Kenapa dengan itu saja kau telah mengguncangkan duniaku?Aneh.Aku tak lagi sanggup mengucap sepatah kata pun.Ku tak kuasa menahan gejolak.Semua rasa telah menjadi satu.
Tiba saatnya pembagian kelompok. Tanpa sadar aku berdoa, berharap aku bisa sekelompok sama cowok berkaos Orange sebelahku ini;Aldo. aku berharap bisa lebih dekat dengannnya. Tapi sayang, kita beda kelompok dan setelah aku tahu kalau dia  ikut kelas sore…bertambah lagi rasa kecewaku hari ini….Tapi syukurlah, tadi masih sempat untuk bertukar nomer HP. Masih ada secercah harapan nih batinku hihi. Mungkin aku hanya punya waktu selama seminggu;selama kegiatan ospek, untuk mengenalnya lebih dekat meskipun kita tidak sekelompok.Ya!
Tak terasa pembinaan Ospek hari ini sudah berakhir.Kenapa waktu berjalan cepat sekali?Ingin rasanya hentikan waktu, saat ku berada di dekatmu. Aku masih ingin menikmati momen-momen manis ini. Meskipun dalam diam. Andai…
***
Bip bip!
1 message from 08575469****
Eh besok suruh bawa apa aja ya, Nad?
-Aldo-
Sedetik jantungku berhenti.Kurasakan diriku terbang. Ke langit ke delapan mungkin! Wah! Aldo sms aku? Padahal kan kita tidak satu kelompok? Dia kan bisa sms ke teman sekelompoknya? Ah itu tak penting lagi. Dengan lincah jemariku membalas sms darinya.
***
Andai kau tahu betapa hati ini mengharap kehadiranmu, takkan pernah ku sia-siakan sedetik pun untuk bersamamu.Seminggu sudah aku mengenalmu dalam bisu.Inbox ku kini penuh dengan sms yang berdatangan darimu.Aku selalu menyimpannya.Biarkan ku selalu mengingatnya.
Hingga di suatu malam ke 20 di bulan Agustus ini.Yang takkan pernah kulupakan.Kita saling mengungkap rasa.Mungkin kita sama-sama tak kuasa menahannya dalam dada.
“Mungkin aku bukan siapa-siapa bagimu.Namun dirimu serasa sangat berarti untukku.
Sejak pertama ku mengenal dirimu.Semua yang ada dihidupku serasa lebih hidup dari semula.Aku tahu kita berbeda.Namun apakahkarena perbedaan kita ini kita tidak boleh bersatu?Aku rasa, aku mencintaimu, Nad. Sejak awal kita bertemu.”
Deg!Mungkinkah mimpiku selama ini akhirnya menjadi kenyataan? Kau memiliki rasa yang sama sepertiku.
Lalu kubalas, “Tak kan kubiarkan perbedaan ini menjadikan dinding penghalang kita, Do.Saat pertama melihatmu, aku merasa bertemu sosok yang begitu dekat dengaku.sepertinya hati ini sangat nyaman saat berada disisimu, meskipun kita baru saling mengenal. Aku juga mencintaimu, sayang…”
***
Ku tatap langit-langit kamarku lagi. Masih sama. Terlintas kenangan itu, terbesit dalam benakku. Kerapuhan menemaniku dan hanya air mata yang mengarungi perasaan ini. Dinginnya malam menembus pori-pori kulitku.Ku tarik selimutku lagi.Kubiarkan diriku tenggelam kedalamnya. Di kesunyian, aku termenung sendiri.

Entah mengapa akhir-akhir ini aku merasa sendiri. Sepi sekali. Aku mulai berkelana dalam pikiranku sendiri, kutemukan dirimu di dalamnya, ciptaan Tuhan yg paling kucinta dan kurindukan. Rapuh, hatiku rapuh.. Saat kesendirian menghampiriku, kesepian menemaniku..Cintaku, kuingin kau kembali padaku, menggenggam erat hatiku.. Aku merindukanmu. Terlebih sosokmu yang dulu..bukan sosokmu sekarang yang terlalu sibuk dengan duniamu.
Read more »

Senjaku Telah Pergi

“Kurasa kini Kita sudah berbeda. Kita tidak ada kesatuan lagi. Tidak seperti dulu lagi. Semoga kau bahagia.”
“Tidak Nad. Aku janji tidak akan mengulangi kesalahanku. Maafkan aku, Nad.Beri aku 1 kesempatan lagi, aku masih ingin terus bersamamu”
“Jika tak ada lagi cinta, maka jangan berjanji lagi tentang kita. Aku telah memaafkanmu sejak dulu,bahkan sebelum kau minta maaf padaku…”
*****
Dibawah kesejukan pohon rindang aku duduk bersama kedua temanku; Bella dan Dea.Seperti biasa setelah pulang kuliah kita sedang menikmati surga dunia; menikmati fasilitas wifi di kampus.Terik mentari siang ini tak mampu mengalihkan perhatianku pada layar netbook ku.Hingga cowok berjaket hitam datang bersama temannya. Segera dia parkir satrianya tepat di hadapanku.
Sontak, aku pun menongak. Kulihat wajah cowok itu. Hening. Kurasakan ada angin yang menerpa wajahku.
“Dia kan…”
“Woi malah nglamun. Kayak baru pertama kali liat cowok kece aja deh! Tawa mereka membuyarkan lamunanku.
“Woi Do! Ih kok nggak ngabari dulu sih kalo mau kesini?” cerocos Bella.
“Penting?” jawab cowok itu singkat.
Nyeesss! Mata kita bertemu di satu titik. Senyumanmu itu.  Entah apa yang ada dibalik senyum itu, ketika aku melihatnya, aku merasa bahagia itu sederhana; dengan melihat senyumanmu. Setiap kali kamu tersenyum, setiap itu juga aku memahami bila Tuhan sedang membahagiakan aku.
Sama halnya dengan pohon dibelakang ku ini. Cintamu begitu rimbun, sehingga membuatku betah berteduh di bawahnya.
Tuhan..biarkan aku menatapnya, biarkan aku memandangnya, karena di sela senyum dan tawanya selalu kurasakan bahagia tersendiri bagiku.
Teringat saat pertama kali aku bertemu dengannya. Christian Aldo. Ya! Cowok ini dengan cepat membuatku “penasaran”layaknya seorang a girl killer, aku suka pada dia tanpa sebab. Dengan hanya senyuman mautnya itu mampu mebuatku melting.Dia duduk di sebelahku ketika mengikuti acara pembukan Ospek saat itu.
***
“Eh ke sebelah yuk, Guys!” Ajak Aldo.Tanpa berlama-lama Bella pun beranjak dari duduknya.
“Nggak deh, aku disini aja” sahutku. Begitu juga si Dea, dia memilih untuk tetap bersamaku.
“Yah.. okedehhh”
Tahukah kamu ada kata "Jangan pergi" yg berteriak di dlm hatiku saat bibirku berkata lirih kepadamu “Nggak deh, aku disini aja”?
“Mereka pacaran, ya De?”
“Siapa?”
“Yaelah, ya si Aldo sama Bella?”
“Hahahaha. Ya enggak lah. Mereka Cuma lagi ngalamin nasib yang sama aja. Kenapa sih? Cemburu? Haha Nad nad.”
Cemburu? Mungkin. Rasanya seperti tak adil, aku kan yang kenal lebih awal dengannya. Kenapa malah Bella yang lebih akrab? Pfft!
“Nasib yang sama maksudnya gimana?”
“Ih, kepo banget sih. mereka itu sama-sama lagi complicated, Nad. Udah? Tanya apa lagi? Jangan bilang kamu suka sama si Aldo? Udah ah. Aku pulang dulu ya.”
“Loh eh kok pulang sih? aku juga deh. Eh ini bukunya si Bella gih balikin deh De.”
“Ah males. Kamu ajadeh.”
“Udaaah ayook kita balikin bareng!”tanpa menunggu jawaban dari si Dea Kupaksa Dea menemaniku mengembalikan buku Bella yang tertinggal itu.
Sebenarnya males juga sih, dia kan lagi sama Aldo.Pffftt! cemburu menguras hati nih.
“Nih Bel, bukumu ketinggalan tuh. Udah nggak butuh lagi nih ceritanya?”
“Ihhh kamu sewot banget sih Nad. Lagi PMS ya? Haha. Thanks ya”
Tak sengaja kulihat Aldo ikut tertawa. “Apa lo ikutan juga?” Jawabku sewot. Padahal…. Ahhh indahnyaaa tawamu itu~
****
From: Aldo
Sori, Nad aku lagi sibuk.
Ah sial. Selalu begitu. Akhir-akhir ini ada yang berbeda dengan Aldo. tanganku tergolek lesu. Lemah mebisu. Tak terasa sudah 2 bulan aku pacaran sama Aldo. tapi aku merasa ada sekat diantara kita. Entahlah. Sebenarnya aku hanya ingin mengucapkan Happy Anniversary 2 month, darl.Tapi kenapa untuk menjawab telfon ku saja tak sempat. Apa hanya karena pekerjaannya, lalu dia lupa begitu saja? Apa salahku?

“Ecieee ada yang 2 bulanan nih! Traktir kita doong. Ya nggak De?”
“Betul tuh Bell, ayo Nad. Kok kamu keliatan kusut gitu sih? harusnya bahagia dooong. Gimana sih?”
Terpaksa, kuberikan senyuman palsuku. “Okedeeeh. yukk capcus kantin!”
***
“eh aku duluan ya!”
“Loh nggak jadi makan nih?”
“Kapan-kapan ajadeh. Sori gw buru-buru bye!”
Aneh, Bella langsung pergi begitu saja, sedetik setelah dia menutup telfon dari ponselnya. Padahal biasanya dia paling males nerima telfon pas lagi makan. Tapi ini.. ya sudahlah. Mungkin ada acara keluaraga.
“Kenapa, Nad? Eh dapet kado apa nih dari Aldo? kalung? Cincin? Waaaah cerita doooong!”
“Duh! Cerewet banget siihh lo De. Nggak tau ya aku lagi sebel gini.”
“Ya maap. Emang kenapa sih?”
“Gimana perasaan lo ketika pacar lo sendiri lupa tanggal jadiannya? Gimanaaa?”
“Ah masak sih? mungkin dia bakal kasih surprise deh ke kamu. Jangan negthink terus napa, Nad.”
“Hhhh.. semoga deh” jawabku lesu.
***
21 Oktober 2012, 21:21
Bintang malam katakana padanya. Aku ingin melukis sinarmu di hatinya…
Malam ini terasa sunyi sekali. Tak ada telfon ataupun sms darimu. Entah sampai kapan hati ini selalu sepi, entah kapan aku bisa menemukan dirimu yang dulu, dirimu yg bisa memenuhi hatiku dengan cintamu yang tulus itu. Kupandangi langit-langit kamarku. Kudapati wajahmu ada di atas sana dengan senyum itu. Aku merindukan senyummu yang selalu bisa membuat hatiku seketika luluh.
Alunan lagu Kerispatih seakan mengantarkanku kedalam pelukanmu. Sayup-sayup ku mendengar kau memanggil namaku, hatiku kegirangan. Ku buka mataku, namun tak ada sosokmu terlihat. Aku rindu. Apakah kau juga merasakan seperti apa yang kurasakan sekarang? Atau malah kau anggap aku hanya sebagai bayang-bayang semu? Tes.. tak terasa air mataku jatuh membasahi pipiku. Aku menangis dalam diam..Aku kesepian.. Aku tak mampu lagi menemukan cara untuk meluapkan rindu, Aku hanya mampu berdiam diri; menunggu kabar.
***


Read more »

Lukaku


Ketika luka yang telah kering ini mulai terkuak kembali...
Menggores hati yang penuh emosi. Lukaku semakin perih setelah kusadari dia telah pergi. Tak pernah kumengerti bahwa dia sungguh berarti. Lagi-lagi aku disini sendiri berteman sepi. Sepi.. Sepi merajuk sunyi. Kuberdiri sendiri tanpa dahan yang pasti. Izinkan kudekap setiap keheningamu di dalam aliran darahku. Melepas penat yang tertumbuk dalam hati. Aku Berharap, bersenandung dalam hening. Mungkin hanya sepi yang tau berapa kali aku menyebut namamu dalam diam. Dalam teriak kudapatkan jawaban tak pasti. Dalam luka kau hadirkan jiwa yang kunanti. Menangispun rasanya ingin mati. Entah. Sudah kesekian kalinya bayanganmu itu melintas di alam bawah sadarku. Dia menari-nari diatas lukaku ini. Perih. Tak lekang ku mencari dan tak puas ku menanti. Saat ku terdiam di balik pencarianku, tak kurasakan dirimu yang dulu. Lantas apa yang harus ku lakukan sekarang? melupakanmu atau tetap tersakiti dalam diam? Dan.. Haruskah ku berjalan di kehampaan lalu menari nari di sekitar butiran ilusi yang tak kunjung nyata. Inikah maumu ? Andai saja kau tahu ada sesuatu dibalik senyum ini ketika kita memutuskan untuk berpisah. Aku harus rela melepaskan genggamanmu. Sembari ku tersenyum menggenggammu dalam dekap hangat ini kusajikan kenangan terindah teruntukmu di setiap mimpi indahmu. Lalu akan kubingkai kenangan tak bertitik itu dalam memoriku dan kubiarkan lara ini terkubur dalam hatiku. Terbang dalam khayalku akan dirimu yang pergi tak kembali lagi. Semakin lama semakin kutenggelam dalam heningnya malam seakan, jiwaku tak lagi berdaya. Aku bosan. Jenuh akan ratapan ini. Dongengpun tak bisa menggambarkan dirimu, dan kesekian kalinya jiwaku berkeping hancur. Rtapan pilu ini masih berujar mengisahkan rona ceria saat kau dan aku bersama.Ingatanku tak kan pudar terhapus masa . Ku dendangkan ini untukmu yang terkasih.Ingatlah, sampai kapanpun kau akan selalu menjadi bintangku, yang selalu memberikan secercah cahaya kenangan indah dalam hidupku. Kilauan harapan muncul selangkah kau kembali mendekat dan kian pudar saat kau mulai menempatkan posisiku bersamanya dihatimu.Cukuplah pahitku bersama bayanganku. Cukuplah lelahku dalam pengharapanku. Hingga ku lelah bersandar pada tujuanku. Yaitu KAMU. Namun yang aku tahu semua yang dulu manis kini berubah tragis. Semua impian kita dulu kini semu.
mungkin memang dia yang terbaik untukmu.Biarlah aku terluka demi kebahagiaanmu.
Read more »

MELATI


Sinar mentari mulai memamerkan keindahannya pada dunia. Kini cahayanya mencoba menerobos masuk melewati celah-celah jendela kamarku. Aroma khas bunga melati tercium olehku. Ku coba membuka mataku, ku lirik jam dinding di kamarku. Jam 6 tepat.
Hhh.. Rasanya masih malas sekali aku bangun. Aku tarik lagi selimutku. Padahal rasanya aku baru saja tidur semenit yang lalu. Ku tenggelamkan wajah mungilku kedalamnya. Tak berapa lama kemudian ada sesuatu yang menarik-narik selimutku, semakin lama semakin kencang dan.. Gubrak!
“Duh!” Aku mengusap kepalaku yang terbentur lantai kamarku.
Kak ayo kak bangun.. Kita lapar.” Teriak salah satu anak.
Iya kak Dini ayo bangun, aku mau sarapan”  sahut yang lain
Aku berdiri dihadapan mereka. Kupandangi wajah-wajah mereka satu-persatu. Mereka seolah menunjukkan rasa kesal. Ah! Iya lupa aku harus membuatkan mereka sarapan. Ini gegara aku mengerjakan PR anak-anak semalaman sampai aku bangun kesiangan hari ini.
Iya- iya, kakak bangun. Maaf ya kakak telat bangun” jawabku.
Ku gandeng tangan mereka berdua menuju dapur. Di ruang makan, sudah ada anak-anak yang menungguku. Aku langsung nyengir malu.
Hari berganti minggu, Minggu berganti bulan, dan bulanpun berganti tahun. Begitu cepat waktu berlalu. Tak terasa setahun sudah aku berada disini. Di panti asuhan Amanah. Mengasuh anak-anak malang yang tak tahu arah hidupnya menghadapai kerasnya dunia ini. Kita; aku dan Selly, salah satu temanku menemukan anak-anak ini di jalanan, dan tak sedikit dari mereka yang kita temukan di tempat sampah. Sungguh tagis. Ironis. Apa salah mereka? Apa salah malaikat-malaikat kecil yang baru lahir di dunia ini? Seharusnya mereka mendapatkan belaian kasih sayang dari orangtua mereka bukannya malah tergeletak tak berdosa di tempat kumuh.
Woy kak! Malah ngelamun! Ayo buatin kita sarapan” bentak Siti, anak tertua di panti asuhan ini.
Haha iya-iya, yuk bantu kakak masak di dapur.” Jawabku.
***
Seperti biasa, seusai sarapan kita semua mengerjakan pekerjan rumah sesuai jadwal yang telah kita buat bersama. Minggu ini aku bersama 5 anak yang lain bertugas membersihkan ruang tamu.
“Yuk, kita mulai bersih-bersih sekarang!” Perintahku dengan semangat.
“Ayo!!” Jawab mereka serentak.
“Selly, tolong bimbing yang lainnya ya.” Kataku
“Baik bos” jawabnya
Aku disini adalah penanggung jawab panti asuhan ini. Alhamdulilllah, terhitung sudah ada 10 orang yang mau menjadi sukarelawan disini. Aku senang berada di sekitar mereka. Kita bermain bersama. Belajar bersama. Mereka semua sangat ceria. Seperti tak ada beban yang harus mereka pikirkan.
Prang! Tak sengaja aku menjatuhkan pigora disampingku. Semua mata tertuju kepadaku. Aku meringis.
“kakak dari tadi melamun saja kerjaannya, ada apa?” Tanya della.
“tidak apa-apa kok” jawabku singkat.
“yakin?”
“iya, kakak baik-baik saja kok. Yuk bantu kakak membersihkan pecahan kaca ini.”
Kupandangi foto wajah wanita yang sedang tersenyum itu. Bersih, cantik, senyumnya merekah tulus sekali bak malaikat yang turun dari surga. Tak terasa air mataku mulai menetes. Aku rindu dirinya. Sosok wanita yang telah merubah sisi duniaku. Menghadirkan sesuatu yang luar biasa. Melati.  ya, Melati ini adalah teman kecilku. Sejak kecil aku selalu bersamanya. Tapi kita sangat berbeda. Layaknya dua sisi keping uang logam yang berlawanan tapi selalu bersama.
Melati selalu menghabiskan waktunya untuk kegiatan sosial, menyisihkan uang jajannya untuk disumbangkan ke masjid, menyumbangkan pakaian-pakainnya ke panti asuhan, bahkan sejak usia 17 tahun dia sudah mulai aktif menjadi sukarelawan di suatu rumah belajar yang cukup jauh dari rumahnya. Dia tak pernah mengeluh, dia selalu tersenyum saat berpapasan dengan orang di sekelilingnya. Ya Allah, sungguh mulia sekali ciptaanmu ini.
Kadang aku jengkel sendiri melihat melati yang selalu menghabiskan waktu untuk mereka. Aku iri. Tak ada lagi waktunya untukku. Hingga suatu saat aku diajak melati untuk bertemu dan bersenang-senang dengan anak jalanan. Melati membawakan makanan untuk mereka semua. Mereka bercanda, bermain bersama. Sedangkan aku?  Hanya melihat dari kejauhan saja, menunggu melati yang sedang bersenang-senang dengan mereka. “bersenang-senang?” Apa yang dimaksud bersenang-senang di perkampungan kumuh ini olehnya? Ihhh.. Untuk menginjakkan kaki melewati lumpur saja aku enggan.
Hei din, ayo kesini, mereka ingin berkenalan denganmu” ajak melati.
Enggak, aku disini saja. Ayo mel jangan lama-lama.” Jawabku sewot
Iya-iya, sebentar lagi”
Sang matahari mulai meredupkan sinarnya. Begitu asyiknya mereka bermain, hingga tak terasa senja mulai tiba. Sinar matahari yang berwarna keemasan menerpa wajah mereka yang tidak menunjukkan rasa lelah, malah mereka lebih semangat dari aku yang dari tadi hanya duduk termenung memandangi mereka dari kejahuan. Astaga! Melati bagaikan bidadari diantara mereka. Dia menebar kebahagiaan kepada mereka. Sayap-sayapnya merengkah, merangkul mereka dengan kasih sayang yang tulus. Anak-anak jalanan itu tampak sedih sekali ketika Melati beranjak pergi.
Semilir angin sore juga berhembus cukup kencang. Aku merapatkan jaketku. Sejenak aku pejamkan mataku untuk menikmati angin semilir yang menerpa wajahku.
“Yuk pulang” Ajak Melati.
Aku diam.
“Hey, kamu kenapa?”
Aku tetap diam, Ku percepat langkah kakiku. Aku merasa Melati mulai mengimbangiku.
“Maaf membuatmu lama menunggu. Biasanya aku menemani mereka lebih lama lagi.”
Lalu kenapa kau tidak kembali dengan bocah-bocah ingusan itu? Batinku kesal. Aku tetap diam. Tidak mengeluarkan sepatah katapun. Aku mulai mendengar Melati bernyanyi. Entah alunan nada ini berhasil membuatku merasa lebih nyaman sekali. Mengusir lelahku. Kugandeng tangannya. Kurangkul bahunya. Ah, sedetik aku merasakan indahnya dunia. Aku merasa bahagia saat berada di pelukannya.
***
Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday happy birthday.. Happy birthday to you..
Aku tersentak kaget. Nyanyian lagu selamat ulang tahun itu membuayarkan lamunanku. Membuyarkan sekelibat kenangan manisku bersama sahabatku, Melati. Air mataku jatuh lagi membasahi pipiku. Kali ini air mata haru. Mereka berlari ke arahku. Merangkulku. Kusambut tangan-tangan kecil mereka. Tak henti aku mengucapkan terima kasih kepada mereka semua.
“Kakak jangan sedih terus dong, ini kan hari ulang tahun kakak” Ucap Fania.
“Kakak nggak sedih kok, kakak sangat bahagia punya kalian semua.”
“Selamat ulang tahun ya Din. Ini cake buatan kita semua lho.” Ucap Santi, yang juga merupakan salah satu pengurus di Panti Asuhan ini.
“Waaah makasih banyak semuanya. Ayo tunggu apa lagi. Ayo kita makan!!” Jawabku seraya mengusap air mataku.
“Setelah ini kakak mau ajak kalian ke suatu tempat”
“Kemana kak Din? Mau traktir kita semua ya?”
“Wah.. Asik! Aku mau ikut!”
“Eits… Siapa juga yang mau traktir kalian. Udah kalian habiskan kue nya dulu. Setelah itu kalian mandi ya.”
Beberapa saat kemudian..
“Sudah siap semuanya? Yuk kita berangkat” Ajakku.
***
Sebagian anak-anak terlihat heran ketika sudah sampai di tempat tujuan. Sebagian lagi sudah paham maksud tujuanku kesini.
Aku segera bersimpuh. Kutaburkan bunga-bunga kesukaannya. Kusirami tanah tempat bidadariku terlelap. Kulihat Siti mengikutiku. Kudengar dia mulai menangis. Kutatap sekali lagi batu di depanku. Sebuah nama yang indah terukir disana. Melati Amelia Putri. Kupeluk nisannya. Aku berusaha menahan air mataku. Aku tak ingin terlihat sedih di hadapan anak-anak.
Aku teringat kejadian 2 tahun yang lalu yang menimpa Melati. Ia rela menyumbangkan hatinya untuk didonorkan kepada Santi. Anak-anak mengerumuniku, memberikan pelukan hangat kepadaku. Aku tak sanggup menahan air mataku. Setetes demi tetes air mata yang berusaha aku tahan akhirnya jatuh juga. Selly berusaha menenangkanku. Aku berusaha tersenyum, berusaha tegar di hadapan mereka.
Melati memang telah tiada tapi kebaikannya tetap akan kita kenang selamanya. Apa yang pernah dia lakukan hingga hari ini masih aku terus lanjutkan. Aku selalu teringat amanahnya untuk menjaga panti asuhan ini.
Melati, terima kasih kau telah merubah duniaku. Terima kasih atas semua yang kau beri. Terima kasih telah mengajariku cara menghargai dan mengasihi orang lain. Kau benar, dunia ini satu. Tak ada jarak yang membuat penghalang antara si kaya dan si miskin. Kita semua hidup di dunia ini hanya sementara. Kelak masih ada kehidupan yang kekal dan abadi. Seharusnya kita jadikan kehidupan di dunia ini sebagai medan kita berlomba-lomba untuk beramal saleh dan bebagi dengan sesama. Ya Allah berilah tempat yang mulia untuk sahabatku, Melati..
Read more »

Aku merasa seperti layangan yang dia tarik ulur sesuka hatinya.
Dia ajak aku terbang, menembus hamparan angkasa yang biru.
Dengan sederhana, dia buatku bahagia.
Aku melenggang dengan senyum merekah menyusuri langit
Namun ternyata bahagia yang dia beri hanyalah semu.
Aku tak percaya, semua yang dia beri itu palsu.
Dulu dia ajak ku melayang tinggi namun kini dia hempaskan aku.
Aku tak lagi menjadi pelangi yang dia nanti
Aku tak lagi menjadi senjanya
Seperti ada petir yang menyambar yang memisahkan kita.
Semenjak  dia pergi, pena ini tak dapat lagi menuliskan bait-bait puisi lagi.
Mungkin aku akan terus berdiri sendiri bermain dengan khayalan sampai ia sadar dialah yang selalu aku harapkan
Read more »

Raining Animals


Pernah dengar ada ikan atau katak yg jatuh ikut bersama air hujan? Yup! itu bukan hoax. Tapi kenapa bisa gitu ya? read this!

Raining animals is a rare meteorological phenomenon in which flightless animals "rain" from the sky. Such occurrences have been reported in many countries throughout history. One hypothesis offered to explain this phenomenon is that strong winds traveling over water sometimes pick up creatures such as fish or frogs, and carry them for up to several miles.[1] However, this primary aspect of the phenomenon has never been witnessed or scientifically tested. Sometimes the animals survive the fall, suggesting the animals are dropped shortly after extraction. Several witnesses of raining frogs describe the animals as startled, though healthy, and exhibiting relatively normal behavior shortly after the event. In some incidents, however, the animals are frozen to death or even completely encased in ice. There are examples where the product of the rain is not intact animals, but shredded body parts. Some cases occur just after storms having strong winds, especially during tornadoes.
However, there have been many unconfirmed cases in which rainfalls of animals have occurred in fair weather and in the absence of strong winds or waterspouts.
The English language idiom "it is raining cats and dogs", referring to a heavy downpour, is of uncertain etymology, and there is no evidence that it has any connection to the "raining animals" phenomenon.
Note that this is a regular occurrence for birds, which can get killed in flight, or stunned, and then fall (unlike flightless creatures, which first have to be lifted into the air by an outside force). Sometimes this happens in large groups, for instance, the blackbirds falling from the sky in Beebe, Arkansas, United States on December 31, 2010.[2] It is common for birds to become disoriented (for example, because of bad weather or fireworks) and collide with objects such as trees or buildings, killing them or stunning them into falling to death. The number of blackbirds killed in Beebe is not spectacular considering the size of their congregations, which can be in the millions.[3] The event in Beebe, however, captured the imagination and led to more reports in the media of birds falling from the sky across the globe, such as in Sweden and Italy,[4] though many scientists claim such mass deaths are common occurrences but usually go unnoticed

sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Raining_animals
Read more »